Ketika menjalani puasa Ramadan, umat Islam diwajibkan menahan lapar, dahaga, dan bahkan mengendalikan emosi. Namun, apakah marah bisa membatalkan puasa? Menurut M Quraish Shihab, marah tidak secara langsung membatalkan puasa, namun dapat mengurangi nilai dan pahalanya, terutama jika marah itu tidak pada tempatnya.
Baca Juga: Apa Manfaat Kesehatan dari Puasa Ramadhan?
Konsekuensi Marah yang Tidak Terkendali
Marah yang tidak terkendali, terutama jika disertai dengan kata-kata kasar dan kotor, dianggap sebagai perbuatan tercela dalam Islam. Allah SWT melarang umat-Nya menyakiti hati orang lain dengan perkataan yang kasar, sebagaimana disampaikan dalam sabda Rasulullah SAW.
Cara Mengendalikan Emosi
Imam An-Nawawi menyarankan agar saat marah, lebih baik diam. Hadits juga menekankan pentingnya berkata-kata yang baik, atau diam jika tidak bisa berkata yang baik.
Pentingnya Mengendalikan Emosi
Menurut Syekh Yusuf Al-Qaradhawi, menjaga tutur kata yang baik dapat memelihara pahala puasa. Puasa bukan hanya tentang menahan lapar dan dahaga, tetapi juga melatih kontrol atas hawa nafsu.
Menghindari Balasan yang Negatif
Dalam situasi konflik, sebaiknya umat Islam merespons dengan kebaikan, bukan dengan balasan yang negatif. Hal ini sesuai dengan ajaran Islam untuk menjaga perdamaian dan kesopanan.
Baca Juga: Sunah Berbuka Puasa: Panduan Praktis dari Rasulullah SAW
Penegasan bahwa Marah Tidak Membatalkan Puasa
Meskipun marah tidak secara langsung membatalkan puasa, namun mengurangi nilai dan pahalanya. Adapun hal-hal yang dapat membatalkan puasa adalah seperti yang dijelaskan dalam literatur Islam.
Dengan demikian, menjaga emosi dan menjauhi kemarahan tidak hanya penting dalam konteks ibadah puasa, tetapi juga sebagai bagian dari akhlak yang mulia dalam Islam.