Setiap tahun, masyarakat Indonesia punya tradisi unik bernama Rebo Wekasan, yaitu peringatan yang jatuh pada hari Rabu terakhir bulan Safar dalam kalender Hijriah. Di tahun 2025 ini, Rebo Wekasan diperingati pada 20 Agustus 2025 atau bertepatan dengan 26 Safar 1447 H.
Secara bahasa, kata Rebo berarti Rabu, sementara Wekasan berasal dari kata wekas atau pungkasan yang artinya akhir. Jadi, Rebo Wekasan bisa dimaknai sebagai Rabu terakhir di bulan Safar.
Sejarah Singkat Rebo Wekasan
Tradisi ini sudah dikenal sejak masa Wali Songo di abad ke-17. Konon, muncul karena adanya anggapan bahwa bulan Safar membawa banyak musibah. Rasulullah SAW sendiri menegaskan bahwa tidak ada waktu yang bisa dianggap sial, karena semua takdir ada di tangan Allah.
Para ulama kemudian mengganti stigma tersebut dengan istilah Shafar al-Khair atau “Safar yang baik”. Meski begitu, masyarakat tetap mengisi Rebo Wekasan dengan doa dan ibadah sebagai wujud memohon perlindungan dari Allah SWT.
Baca Juga:
Viral Hasil Tes DNA Ridwan Kamil, Begini Fakta Terbarunya
Prakiraan Cuaca 18–24 Agustus: Hujan Mengintai Pulau Jawa
Tradisi Rebo Wekasan di Berbagai Daerah
Menariknya, Rebo Wekasan punya bentuk perayaan berbeda di tiap daerah Indonesia:
- Aceh: dikenal dengan nama Rabu Abeh. Dahulu dilakukan dengan memotong kerbau, kini diganti dengan doa dan dzikir bersama.
- Bantul, Yogyakarta: disebut Rebo Pungkasan. Masyarakat biasanya mengarak lemper raksasa lalu dibagikan ke warga.
- Banten: dikenal dengan Dudus, diisi mandi kembang tujuh rupa dan sedekah bumi.
- Gresik, Jawa Timur: tradisi berupa doa bersama dan selamatan di Telaga Suci.
- Banyuwangi: masyarakat menggelar Petik Laut, melarung sesaji ke laut sebagai simbol permohonan keselamatan.
- Kalimantan Selatan: disebut Arba Mustamir, diisi shalat sunnah dan doa berjamaah.
- Maluku Tengah: dikenal dengan Mandi Safar, berupa doa bersama hingga mandi di pantai.
Doa dan Amalan Saat Rebo Wekasan
Banyak umat Islam mengisi Rebo Wekasan dengan shalat sunnah, dzikir, doa tolak bala, dan sedekah. Salah satu doa yang sering diamalkan berbunyi:
اللَّهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا الْغَلَاءَ وَالْبَلَاءَ وَالْوَبَاءَ …
Artinya: “Ya Allah, jauhkanlah kami dari musibah, wabah penyakit, kekejian, perselisihan, dan segala bala, baik yang tampak maupun yang tersembunyi, dari negeri kami khususnya, dan dari negeri kaum muslimin pada umumnya. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu.”
Pandangan Ulama dan MUI
Meski populer di masyarakat, Majelis Ulama Indonesia (MUI) menegaskan bahwa keyakinan tentang turunnya bala khusus pada hari Rabu terakhir Safar tidak punya dasar dalil yang sahih.
Rasulullah SAW juga sudah menegaskan dalam hadisnya bahwa tidak ada hari atau bulan yang membawa kesialan. Karena itu, yang paling penting bagi umat Islam adalah memperkuat keyakinan bahwa semua takdir ada dalam genggaman Allah, bukan pada waktu tertentu.
Baca Juga:
Drama Pemakzulan Bupati Pati, Aksi Massa Memanas
Mengulik Gaji Anggota DPR RI dan Deretan Tunjangan Menggiurkan
Rebo Wekasan adalah tradisi yang terus dilestarikan di berbagai daerah Indonesia dengan beragam cara. Intinya, tradisi ini bukan soal mempercayai kesialan, melainkan momen untuk memperbanyak doa, dzikir, dan memohon perlindungan Allah SWT.
Alih-alih takut pada mitos, sebaiknya kita maknai Rebo Wekasan sebagai kesempatan memperkuat iman, bersyukur, dan mendekatkan diri kepada Sang Pencipta.