Kabar mengejutkan datang dari mantan Menteri Perdagangan, Thomas Trikasih Lembong alias Tom Lembong. Pria yang dikenal cerdas ini resmi dijatuhi hukuman penjara 4,5 tahun oleh Pengadilan Tipikor Jakarta. Kasus yang menjeratnya adalah dugaan korupsi terkait impor gula di Kementerian Perdagangan.
Meski hakim menyebut Tom tidak terbukti memperkaya diri sendiri, tetap saja tindakannya dianggap melanggar aturan hukum yang berlaku. Dalam amar putusan, majelis hakim yang dipimpin Dennie Arsan Fatrika menegaskan bahwa kebijakan impor gula yang diambil Tom lebih berpihak pada ekonomi kapitalis dibanding ekonomi Pancasila, dan itu jadi salah satu faktor yang memberatkannya.
Kilas Balik Karier Thomas Trikasih Lembong
Sebelum kabar buruk ini mencuat, Tom Lembong dikenal sebagai sosok dengan karier yang luar biasa. Ia adalah Menteri Perdagangan di era Jokowi pada 2015-2016. Selain itu, Tom juga dikenal sebagai pengusaha dan ahli investasi yang cukup diperhitungkan di Indonesia.
Lulusan Harvard tahun 1994 ini sempat dinobatkan sebagai Young Global Leader (YGL) oleh World Economic Forum di tahun 2008. Kariernya di dunia perbankan pun tak main-main, Tom pernah bekerja di Deutsche Bank dan Morgan Stanley Singapura.
Setelah berkarier di luar negeri, ia pulang ke Indonesia dan sempat menduduki posisi penting di Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN) pasca krisis 1998. Tom juga pernah bergabung dengan Farindo Investments, yang saat itu menguasai saham Bank BCA.
Tak hanya itu, Tom Lembong juga pernah menjabat sebagai CEO di Quvat Capital, sebuah firma investasi yang biasa mengurus investasi konglomerat. Ia juga sempat menjadi presiden komisaris Blitz Megaplex, jaringan bioskop yang cukup terkenal sebelum berubah nama menjadi CGV.
Baca Juga:
Romantis atau Selingkuh? Kristin Cabot dan CEO Astronomer Viral
Siapa Ayah dari Anak Erika Carlina? Warganet Kepo!
Thomas Trikasih Lembong Ternyata Orang Dekat Jokowi
Meski namanya sudah besar di dunia investasi, publik baru benar-benar mengenal Tom saat ia diangkat menjadi Menteri Perdagangan oleh Presiden Jokowi pada 2015. Sayangnya, posisinya sebagai menteri hanya bertahan dua tahun.
Setelah terkena reshuffle kabinet, Tom tetap diberi kepercayaan oleh Jokowi untuk memimpin Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), yang sekarang berganti nama jadi Kementerian Investasi, pada periode 2016-2019.
Di balik layar, Tom juga dikenal sebagai sosok yang sering membantu Jokowi menyusun teks pidato. Salah satunya yang paling terkenal adalah pidato “Game of Thrones” saat pertemuan IMF-Bank Dunia di Bali pada 2018.
Saut Situmorang: Pegiat Antikorupsi yang Hadir di Persidangan Tom
Di momen vonis Tom Lembong, ada pemandangan emosional yang cukup mencuri perhatian. Mantan Wakil Ketua KPK, Saut Situmorang, terlihat hadir di persidangan. Bahkan, setelah putusan dibacakan, Saut sempat memeluk Anies Baswedan sambil menundukkan kepala.
Saut memang dikenal sebagai pegiat antikorupsi sejak lama. Ia menjabat sebagai pimpinan KPK periode 2015-2019. Latar belakangnya cukup unik, karena berasal dari dunia intelijen, bukan dari birokrasi pengadaan seperti Agus Rahardjo.
Saut merupakan lulusan Fisika dari Universitas Padjajaran dan melanjutkan S2 Manajemen di Universitas Krisnadwipayana. Ia juga sempat mengambil program doktoral di UPI. Dalam kariernya, Saut pernah menjadi diplomat di KBRI Singapura dan menjabat Direktur Monitoring di BIN.
Pernah Tangani Kasus Besar di KPK
Saat masih aktif di KPK, Saut ikut menangani berbagai kasus besar, termasuk kasus korupsi e-KTP yang menyeret Setya Novanto. Kasus ini sempat bikin gaduh karena Presiden Jokowi dikabarkan meminta agar kasusnya dihentikan. Namun, permintaan itu tidak bisa dipenuhi karena proses hukum sudah berjalan.
Saut pun akhirnya memutuskan mundur dari KPK menjelang akhir masa jabatannya. Ia kecewa dengan keputusan pemerintah dan DPR yang merevisi UU KPK serta pemilihan pimpinan baru yang dinilai kontroversial.
Baca Juga:
Humaira Asghar Ditemukan Tak Bernyawa, Diduga Wafat Sejak 2024
Kasus Kemendikbud: Jurist Tan Ditetapkan Tersangka, Negara Rugi Besar!
Kasus Thomas Trikasih Lembong ini jadi pengingat bahwa sebesar apa pun nama seseorang, tetap harus berhati-hati dalam mengambil keputusan, apalagi yang berkaitan dengan kepentingan publik. Di sisi lain, kisah Saut Situmorang menunjukkan bahwa perjuangan melawan korupsi memang nggak selalu mulus, tapi harus tetap dijaga. Dunia politik dan hukum di Indonesia memang penuh drama, dan cerita ini adalah salah satu babaknya.