Pemilu 2024: 10 Fakta Pemilu di Berbagai Negara

Fakta Unik19 Dilihat
Spread the love

Fenomena ini tetap menjadi ciri khas dalam setiap pemilu, termasuk dalam konteks pemilu 2024 yang mendatang. Proses demokrasi di Indonesia, melalui pemilihan umum (pemilu) calon presiden dan wakil presiden (Capres dan Cawapres), selalu diwarnai oleh kegembiraan yang khas. Komisi Pemilihan Umum (KPU) telah menyelenggarakan berbagai debat resmi yang memperkenalkan gagasan dari tiga pasang Capres dan Cawapres: Anies Rasyid Baswedan-Muhaimin Iskandar, Ganjar Pranowo-Mahfud MD, serta Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka.

Baca Juga: 20 Tahun Facebook: Dari Kamar Asrama hingga Akuisisi

Fakta Unik Pemilu di Seluruh Dunia

1. Hari Pemilu di Berbagai Negara

Tradisi penentuan hari pemilu 2024 memiliki keunikannya masing-masing di seluruh dunia. Amerika Serikat memilih hari Selasa sebagai hari pemungutan suara, mengingat kaitannya dengan keseharian petani pada abad ke-19. Di Kanada, pemilihan umum dilaksanakan pada hari Senin, sementara Inggris memilih hari Kamis, dan Australia hingga Selandia Baru memilih hari Sabtu. Indonesia sendiri sudah melaksanakan pemilu 2024 pada Rabu, 14 Februari 2024.

2. Negara dengan Waktu Pemilu Terlama

India, sebagai negara demokrasi terbesar kedua di dunia, memiliki populasi pemilih mencapai 100 juta orang. Sebagai respons, pemilu di India berlangsung berbulan-bulan, dengan tahapan dan proses yang berlangsung selama beberapa minggu.

3. Pemilu Wajib di Australia

Australia menerapkan kewajiban partisipasi dalam pemilu bagi warganya yang berusia di atas 18 tahun. Ketidakhadiran pada hari pemilihan dapat berakibat denda sebesar AU$ 20, menunjukkan seriusnya negara ini terhadap keterlibatan warganya dalam proses demokrasi.

4. Pemilu Online

Estonia memanfaatkan teknologi dengan memperkenalkan pemungutan suara online sejak tahun 2005. Dengan identitas digital, lebih dari separuh pemilih di Estonia memanfaatkan sistem ini pada pemilu parlemen tahun 2023.

5. Pemilu ala Korea Utara yang Otoriter

Korea Utara, meski dikenal dengan kepemimpinan otoriter, juga mengadakan pemilu. Namun, pilihan warga dibatasi, dan seluruh kandidat yang terpilih mendapatkan suara 100 persen, tanpa perbedaan pendapat.

6. Raja Inggris Berhak Memilih

Meskipun tidak ada larangan bagi Raja Charles III untuk berpartisipasi dalam pemilu Inggris, keluarga kerajaan biasanya memilih untuk tidak memberikan suara agar tetap netral dalam ranah politik.

7. Isu Literasi di Gambia

Gambia mengatasi isu literasi dengan cara kreatif, di mana warganya memberikan suara dengan menjatuhkan kelereng ke dalam drum logam berwarna yang menampilkan gambar kandidat.

8. Astronot di Stasiun Luar Angkasa Bisa Memilih

Astronot Amerika di Stasiun Luar Angkasa Internasional dapat memilih sejak tahun 1997. Surat suara dikirim ke luar angkasa dan dikembalikan ke Bumi untuk dihitung.

9. Pemilu di Negara Kecil Eropa

Liechtenstein, negara kecil di Eropa, mempertimbangkan memberikan kewarganegaraan kepada warganya yang telah tinggal di sana selama 10 tahun atau lebih.

10. Pemilu di Ekuador yang Unik

Pemilihan walikota di Ekuador tahun 1967 menunjukkan keunikan, di mana iklan sebuah bedak kaki populer justru menjadi pemenang, menarik perhatian konsumen lebih dari politisi.

Baca Juga: Keajaiban 7 Fakta Menarik Fenomena Hujan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *