Presiden Rusia Vladimir Putin menyatakan dirinya terbuka untuk duduk bersama Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy membahas konflik yang sedang berlangsung. Namun, Putin menegaskan bahwa ada sejumlah syarat yang harus dipenuhi sebelum pertemuan itu bisa terjadi.
Pernyataan ini ia sampaikan usai menjamu Presiden Uni Emirat Arab, Syekh Muhammad bin Zayed Al Nahyan, di Kremlin, Moskow, Kamis (7/8/2025). Meski begitu, Putin belum membeberkan detail persyaratan yang dimaksud.
Jejak Negosiasi Rusia–Ukraina
Sebelumnya, Rusia dan Ukraina pernah bertatap muka di Istanbul, Turki, membicarakan perang yang pecah sejak invasi Moskow pada 2022. Pertemuan itu menghasilkan kesepakatan pertukaran tawanan, tapi belum ada kata sepakat untuk mengakhiri perang sepenuhnya.
Di sisi lain, Presiden Amerika Serikat Donald Trump dilaporkan akan bertemu Putin pekan depan. Keduanya telah mengonfirmasi rencana tersebut setelah utusan khusus Trump, Steve Witkoff, berkunjung ke Moskow.
Fokus Pertemuan Vladimir Putin dengan Donald Trump
Penasihat kebijakan luar negeri Rusia, Yuri Ushakov, mengatakan bahwa pertemuan ini akan fokus pada pembahasan bilateral dengan AS. Ketika ditanya soal kemungkinan Zelensky ikut hadir, Ushakov menegaskan bahwa agenda utamanya adalah memastikan pertemuan Rusia–AS berjalan produktif.
Trump sendiri sebelumnya memberikan ultimatum kepada Rusia untuk mengakhiri perang di Ukraina sebelum Jumat (8/8), meski belum jelas apakah ultimatum itu masih berlaku setelah jadwal pertemuan ditetapkan.
Baca Juga:
Tangis Zara Yupita Azra: Tertekan Sistem, Bukan Pelaku Utama?
Eiichiro Oda Tanggapi Bendera One Piece? Ini Fakta Sebenarnya!
Sikap Tegas Zelensky Terhadap Vladimir Putin
Menanggapi rencana pertemuan di Alaska pada 15 Agustus 2025, Zelensky menyatakan penolakannya terhadap ide yang berujung pada penyerahan wilayah Ukraina. Ia menegaskan bahwa perdamaian sejati harus bersifat adil, abadi, dan tidak tunduk pada tekanan Moskow.
Rusia dikabarkan sempat mengajukan tawaran penghentian perang dengan imbalan konsesi wilayah besar, termasuk Donbas timur dan Krimea. Trump juga sempat menyinggung soal “pertukaran wilayah”, namun belum memberikan rincian.
Trump mengumumkan bahwa pertemuan dengan Putin akan digelar pada 15 Agustus di Alaska. Ini akan menjadi pertemuan pertama keduanya sejak Trump kembali menjabat sebagai Presiden AS, setelah terakhir kali bertemu pada KTT G20 di Jepang pada 2019.
Dukungan China dan Negara BRICS
Menjelang pertemuan ini, Putin menghubungi para pemimpin China, India, dan beberapa negara bekas Uni Soviet. Presiden China Xi Jinping menyambut baik langkah Rusia–AS untuk mencari solusi politik atas krisis Ukraina. Beijing menegaskan komitmennya untuk mendukung jalur diplomasi.
Selain itu, Putin juga berbicara dengan Perdana Menteri India Narendra Modi dan Presiden Afrika Selatan Cyril Ramaphosa, yang menyatakan dukungan penuh pada upaya perdamaian. UEA bahkan disebut sebagai salah satu lokasi potensial untuk KTT Rusia–AS.
Negara-negara ini—Rusia, China, India, Afrika Selatan, dan UEA—merupakan anggota BRICS yang dianggap sebagai kekuatan penyeimbang dominasi politik dan ekonomi AS.
Baca Juga:
Kendaraan di Rumah Ridwan Kamil Disita KPK, Ada Apa?
Resmi! Tom Lembong Bebas Usai Dapat Abolisi dari Presiden
Rencana pertemuan Putin, Trump, dan kemungkinan Zelensky menandai babak baru dalam upaya mengakhiri perang Rusia–Ukraina. Meski begitu, jalan menuju perdamaian masih panjang. Banyak syarat, kepentingan politik, dan tarik-ulur diplomasi yang harus dilalui sebelum konflik ini benar-benar berakhir.